Ijogading.com, 24 Desember 2012. - Sebelum hancur berkeping-keping menabrak gunung salak pada 9 Mei 2012 lalu, pilot Alexandr Yablontsev terekam sedang mengobrol dengan seseorang pilot indonesia yang ikut dalam perbangkan tersebut.
Inti dari pembicaraan itu adalah seputar kecanggihan pesawat Sukhoi Superjet 100 produksi Rusia, namun KNKT tidak bisa mengidentifikasi apakah pilot Indonesia tersebut merupakan perwakilan dari satu maskapai penerbangan di Indonesia yang berniat membeli pesawat tersebut.
Namun karena keasikan berbincang pilot Alexandr Yablontsev mengabaikan peringatan bahaya berkali-kali yang sedang menghadap didepan padahal dari peringatan terakhir pilot hanya memiliki waktu setidaknya 38 detik untuk menghindari dinding gunung salak sebelum terjadi benturan.
Berikut detail percakapan yang terjadi di ruang kokpit dan keadaan pesawat sebelum menabrak gunung salak.
14.26.22
Kochetkov: Tower, Romeo Alfa Three Six Eight Zero One request descend six thousand feet.
I Nyoman Oka Wirana (Pemandu Menara Jakarta Approach Terminal Timur): Six Eight Zero One request say again please.
Kochetkov: Descend to six thousand feet, Three Six Eight Zero One.
I Nyoman: Ok, copied.
14.27.52
Kochetkov: Dark cloud ahead.
Ketinggian 7.770 kaki
14.27.53 – 14.28.00
Yablonstev lalu meminta kopilot Kochetkov bersiap turun ke runway 06 Halim. namun ia memerintahkan kopilot memutarkan pesawat lagi sebelum turun ke 6.000 kaki.
Ketinggian 8.740
14.28.13
Kochetkov: Requested to Jakarta approach to make right orbit.
Menara Cengkareng
14.28.21
I Nyoman: Approved orbit to the right, 6.000 feet.
Ketinggian 6.012 kaki
14.28.26 – 14.30.44
Yablonstev mendemonstrasikan kemampuan pesawat menampilkan keadaan sekeliling pesawat. Di monitor hanya terlihat awan tebal. Kochetkov meyakinkan bahwa kadang-kadang monitor hanya menampilkan awan jika sedang terbang. Yablonstev juga menunjukkan cara sistem bahaya bekerja jika ada gunung atau pesawat lain di sekitar.
Alat berbunyi, »Terrain.”
Yablonstev: »But no problem with terrain, at this moment.”
Orang ketiga (Diduga pilot Indonesia): »Ya, it's flat....”
Keduanya mengobrol lagi soal konsumsi avtur Sukhoi. Yablonstev memerintahkan Kochetkov memutarkan jet sekali lagi. Melihat awan gelap sangat tebal, Kochetkov bertanya apakah akan kembali ke Halim. Karena sedang mengobrol, Yablontsev tak mendengar permintaan itu. Kopilot mesti mengulangnya hingga tiga kali.
Ketinggian 5.997,67 kaki
14.31.55
Yablonstev: We will make approach. Request exit right for approach.
14.31.58 – 14.32.44
Kochetkov menjawab ia akan memberi tahu menara kontrol jika sudah sepenuhnya berputar dan moncong jet mengarah ke Halim. Namun monitor di kokpit tak menunjukkan titik Halim karena awan kian tebal. Yablontsev meminta Kochetkov mengontak menara kontrol untuk minta dipandu mengarah ke Halim. Mereka tak sadar moncong pesawat mengarah ke Gunung Salak.
Ketinggian 6.011,69
14.32.46
Yablonstev: Come on, make request now! Just request quickly.
14.32.47
Kochetkov: Ok.
14.32.48-14.32.50
Sistem peringatan berbunyi »Terrain ahead pull up”, diikuti dengan »Avoid terrain”.
14.32.51
Kochetkov: What is that?
14.32.52 – 14.32.56
Alarm terus berbunyi hingga enam kali memerintahkan agar pesawat segera dinaikkan.
14.32.58
Yablonstev: Maybe... database.
14.33.19 – 14.33.21
Alat peringatan lain berbunyi »Gear not down” memberi tahu akan terjadi pendaratan namun ban pesawat belum diturunkan. Yablontsev, karena mengira ada masalah database kontur, pilot mematikan alarm. tapi sistem lain berbunyi menunjukkan bahaya kian dekat.
14.33.23
Kochetkov: What is that?
Yablonstev mematikan semua alarm. Dua detik kemudian, blaar…, pesawat menabrak dinding Gunung Salak tanpa ada upaya apapun dan dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Sumber: KNKT, tempo.co
Tidak ada komentar:
Posting Komentar