Tips Kesehatan - Minyak zaitun dapat menurunkan risiko stroke pada lansia. Demikian kesimpulan penelitian terbaru yang dilakukan di tiga kota Prancis pada orang-orang berusia 65 tahun ke atas yang diamati selama rata-rata 5 tahun. Para lanjut usia yang secara teratur memasak dengan minyak zaitun atau menggunakannya dalam salad dressing diketahui berisiko stroke 41% lebih rendah dibandingkan mereka yang jarang mengonsumsinya. Dari 7625 lansia yang diamati, 148 orang mengalami stroke di masa penelitian. Tingkat stroke secara keseluruhan adalah 1,5% pada kelompok pengguna minyak zaitun dan 2,6% pada non-pengguna. Hasil tersebut dilaporkan dalam jurnal Neurology (15/6/2011).
Efek substitusi?
“Kami tidak dapat menyimpulkan dari studi ini aspek minyak zaitun apa yang mencegah stroke,” kata peneliti utama, Cecilia Samieri dari Universitas Bordeaux. “Mungkin ada efek substitusi,” tambahnya. Mengonsumsi lebih sedikit lemak jenuh berbahaya meningkatkan kesehatan pengguna minyak zaitun. Sebagaimana kita ketahui, minyak-minyak lain seperti minyak mentega, minyak bunga matahari dan lemak hewani dapat meningkatkan risiko stroke dan masalah kardiovaskuler lain. Unsur-unsur minyak zaitun sendiri, termasuk asam oleat atau polifenol, juga mungkin memegang rahasia efek perlindungannya, kata Samieri. Polifenol adalah nutrisi antioksidan yang mengurangi peradangan pada sistem vaskular. Asam oleat, asam lemak utama pada minyak zaitun, berperan menurunkan kolesterol jahat yang berbahaya bagi sistem kardiovaskuler.
Jauh sebelum penelitian ini, manfaat kesehatan minyak zaitun telah dikenal luas. Di Finlandia, sebuah program kesehatan publik yang dimulai pada tahun 90-an telah mengajak masyarakat untuk menggunakan minyak zaitun. Sebagai hasilnya, insiden stroke berkurang 65%, serangan jantung berkurang 75% dan kanker berkurang 65%. Lembaga pengawasan obat dan makanan AS (FDA) menyatakan bahwa “bukti ilmiah terbatas dan tidak konklusif menunjukkan bahwa memakan sekitar 2 sendok makan (23 gram) minyak zaitun setiap hari dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner berkat lemak tak jenuh rantai tunggal di dalamnya. Untuk mencapai manfaat potensial ini, gunakanlah minyak zaitun untuk menggantikan jumlah lemak jenuh yang sama dan tidak meningkatkan jumlah kalori yang Anda makan dalam sehari.”
Bagaimana dengan kita di Indonesia?
Berbeda dengan orang Eropa, terutama yang tinggal di wilayah Mediterania, kita tidak terbiasa menggunakan minyak zaitun dalam masakan kita. Sebenarnya, minyak kelapa/kelapa sawit yang biasa kita gunakan untuk memasak termasuk kategori minyak yang sehat. Minyak tersebut terutama mengandung asam lemak jenuh yang tidak mudah berubah menjadi asam lemak trans yang berbahaya oleh pemanasan. Tentu saja, asalkan pemanasannya tidak dilakukan berulang-ulang (tidak lebih dari tiga kali). Di banyak restoran dan pedagang kaki lima, kita sering melihat minyak goreng yang sudah berwarna gelap dan berkali-kali dipanaskan tetapi tetap dipakai untuk memasak. Tanpa kita sadari dan kendalikan, kita mungkin banyak mengkonsumsi minyak yang tidak sehat. Mengimbangi konsumsi minyak tersebut dengan minyak zaitun sebagai suplemen mungkin dapat menetralisir bahayanya.
Efek substitusi?
“Kami tidak dapat menyimpulkan dari studi ini aspek minyak zaitun apa yang mencegah stroke,” kata peneliti utama, Cecilia Samieri dari Universitas Bordeaux. “Mungkin ada efek substitusi,” tambahnya. Mengonsumsi lebih sedikit lemak jenuh berbahaya meningkatkan kesehatan pengguna minyak zaitun. Sebagaimana kita ketahui, minyak-minyak lain seperti minyak mentega, minyak bunga matahari dan lemak hewani dapat meningkatkan risiko stroke dan masalah kardiovaskuler lain. Unsur-unsur minyak zaitun sendiri, termasuk asam oleat atau polifenol, juga mungkin memegang rahasia efek perlindungannya, kata Samieri. Polifenol adalah nutrisi antioksidan yang mengurangi peradangan pada sistem vaskular. Asam oleat, asam lemak utama pada minyak zaitun, berperan menurunkan kolesterol jahat yang berbahaya bagi sistem kardiovaskuler.
Jauh sebelum penelitian ini, manfaat kesehatan minyak zaitun telah dikenal luas. Di Finlandia, sebuah program kesehatan publik yang dimulai pada tahun 90-an telah mengajak masyarakat untuk menggunakan minyak zaitun. Sebagai hasilnya, insiden stroke berkurang 65%, serangan jantung berkurang 75% dan kanker berkurang 65%. Lembaga pengawasan obat dan makanan AS (FDA) menyatakan bahwa “bukti ilmiah terbatas dan tidak konklusif menunjukkan bahwa memakan sekitar 2 sendok makan (23 gram) minyak zaitun setiap hari dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner berkat lemak tak jenuh rantai tunggal di dalamnya. Untuk mencapai manfaat potensial ini, gunakanlah minyak zaitun untuk menggantikan jumlah lemak jenuh yang sama dan tidak meningkatkan jumlah kalori yang Anda makan dalam sehari.”
Bagaimana dengan kita di Indonesia?
Berbeda dengan orang Eropa, terutama yang tinggal di wilayah Mediterania, kita tidak terbiasa menggunakan minyak zaitun dalam masakan kita. Sebenarnya, minyak kelapa/kelapa sawit yang biasa kita gunakan untuk memasak termasuk kategori minyak yang sehat. Minyak tersebut terutama mengandung asam lemak jenuh yang tidak mudah berubah menjadi asam lemak trans yang berbahaya oleh pemanasan. Tentu saja, asalkan pemanasannya tidak dilakukan berulang-ulang (tidak lebih dari tiga kali). Di banyak restoran dan pedagang kaki lima, kita sering melihat minyak goreng yang sudah berwarna gelap dan berkali-kali dipanaskan tetapi tetap dipakai untuk memasak. Tanpa kita sadari dan kendalikan, kita mungkin banyak mengkonsumsi minyak yang tidak sehat. Mengimbangi konsumsi minyak tersebut dengan minyak zaitun sebagai suplemen mungkin dapat menetralisir bahayanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar