Sabtu, 29 Maret 2008

Jangan Sepelekan Cacar Air



Ibarat tamu tak diundang, cacar air kerap datang tiba-tiba tanpa pandang bulu. Kendati bisa disembuhkan, jangan sepelekan penyakit yang telah ratusan tahun dikenal orang ini karena bisa terjadi komplikasi sejumlah penyakit.

Bekas gelembung berisi cairan pun bisa meninggalkan bopeng yang mengganggu penampilan.

Dotty (30), warga Kelurahan Patal Senayan, Jakarta, merasakan bagaimana susahnya terkena penyakit cacar air, beberapa bulan silam, tepatnya Maret lalu. Saat itu ia baru melakukan perjalanan dinas ke Pulau Dewata selama beberapa hari. Begitu menginjakkan kaki di Jakarta, ia menderita demam, kelenjar getah beningnya pun membengkak.

Tak berapa lama, muncul ruam merah pada beberapa bagian tubuhnya. Karena curiga terserang cacar air, ia pun segera memeriksakan diri ke dokter. Dugaannya benar, ia kemudian diberi bedak antigatal dan obat antibiotik untuk mengatasi penyakit itu, serta dianjurkan beristirahat total selama beberapa pekan. "Enggak nyangka, sudah gede masih kena cacar air. Sebelnya lagi, gak boleh ketemu orang, takut nular," tuturnya.

Dalam hitungan hari, bintik merah kecil pada sekujur tubuhnya berubah jadi benjolan berisi cairan. Di sekitar benjolan itu terasa gatal dan seperti terbakar sehingga ia harus berupaya keras tidak menggaruknya. Selain rajin menggunakan bedak dan salep, ia mandi memakai cairan khusus untuk mempercepat pengeringan benjolan.

"Untung benjolan kayak bisul yang sudah kering tapi tidak berlubang," kata Dotty.

Hal serupa dialami Joice, warga Ciputat, Tangerang. Semula, ia sakit kepala dan demam diikuti munculnya bintik merah pada wajahnya. Karena mengira jerawat, ia pun memencet bintik-bintik merah itu. Bahkan, ia masih sempat bekerja dan berjalan-jalan di pusat perbelanjaan. "Beberapa teman saya jadi tertular cacar air," tuturnya.

Begitu didiagnosa terserang cacar air, ia terpaksa tidak masuk kerja sampai hampir satu bulan dan beristirahat total di rumahnya. Setiap hari ia ditaburi bedak antigatal, diolesi salep, dan tidak boleh terkena angin. Ia juga mandi dengan rendaman air daun sirih untuk mempercepat proses pengeringan.

"Bosen banget, apalagi gak ada yang berani nengokin karena takut ketularan," kata Joice tertawa.

Karena terlambat ke dokter, gelembung kecil berisi cairan menyebar di sekujur tubuh. Benjolan yang telah mengering pun meninggalkan bopeng. Walhasil, ia harus merogoh kocek hingga Rp 2,5 juta untuk perawatan kulit wajah yang bopeng karena bekas kena cacar air.

"Biaya pengobatan karena cacar air sih murah, yang mahal ya biaya perawatan kulitnya," tutur Joice tersenyum kecut.

Adam (33), manajer sebuah perusahaan teknologi informasi yang berkantor di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, mengaku terserang penyakit cacar air saat masih berusia kanak-kanak. Saat itu ia pun tidak bisa ikut menikmati meriahnya acara khitanan kakaknya yang digelar di rumahnya. Di tengah kemeriahan pesta, ia hanya dapat tergolek lemah di dalam kamar dan tidak diizinkan keluar lantaran bisa menulari orang lain.

Selain menggunakan obat dari resep dokter, sejumlah penderita mengaku juga menerapkan cara tradisional, seperti membubuhkan parutan jagung muda pada gelembung berisi cairan yang bermunculan di tubuh selama masa perawatan. Tujuannya agar bekas luka karena cacar air tidak menimbulkan lubang atau bopeng.

Komplikasi

Cacar air adalah penyakit akut, menular akibat infeksi virus cacar air. Penyakit ini berbeda dengan cacar yang kini dinyatakan telah terbasmi dari muka bumi. Cacar air umumnya hanya mengenai anak kcil. Namun, di negara tropis seperti Indonesia, penyakit ini ternyata banyak juga menghinggapi para remaja dan dewasa.

Penyakit ini disebabkan virus varisela atau disebut juga virus varicella zooster (virus V-Z). Virus ini bisa ditemukan dalam cairan vesikel, darah penderita dan cairan selaput lendir, serta dapat menyebabkan penyakit herpes zoster.

"Seseorang mudah terserang virus jika daya tahan tubuhnya lemah," papar dr Irawan Mangun Atmaja SpA (K) dari Bagian Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Penularan cacar air lewat percikan ludah orang sakit atau melalui cairan yang keluar bila gelembung-gelembung di kulit yang pecah. Penderita dapat menularkan penyakit ini 24 jam sebelum kelainan di kulit timbul sampai tujuh hari kemudian. "Karena sangat mudah menular, penderita harus diisolasi sampai sembuh," ujar Irawan menambahkan.

Dalam sejumlah literatur disebutkan, masa inkubasi penyakit ini berkisar 11 hingga 12 hari. Pada tahap awal (fase prodromal), 24 jam sebelum timbul gejala kelainan pada kulit, penderita mengalami panas, lemah, malas, tidak memiliki nafsu makan, dan kadang kala disertai kemerahan pada kulit seperti biang keringat.

Pada tahap selanjutnya (fase erups), timbul bintik merah kecil yang berubah jadi gelembung ari (vesikel) dan berwarna dasar kemerahan. Cairan vesikel setelah beberapa hari berubah jadi keruh. Dalam tiga hingga empat hari vesikel ini menyebar ke seluruh tubuh, mulai dari badan lalu ke muka, bahu, dan anggota gerak.

Sekitar 250-500 benjolan kemudian akan timbul dan menyebar di seluruh bagian, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk bagian tubuh paling intim. Dalam waktu kurang dari seminggu, lesi atau gelembung tersebut akan mengering dan terasa gatal. Dalam waktu satu hingga tiga minggu, bekas pada kulit yang mengering akan terlepas.

Gejala yang dialami orang dewasa umumnya lebih parah dibandingkan pada penderita yang masih kanak-kanak. Penderita yang sudah dewasa biasanya menderita demam lebih parah dan berlangsung lebih lama disertai sakit kepala serta luka yang lebih berat. Pasien dewasa juga biasanya kehilangan nafsu makan dan merasa linu pada badan.

Jika menyerang anak-anak, komplikasinya kebanyakan berupa infeksi varisel pada kulit. Sementara pada orang dewasa, terutama perokok, kemungkinan terjadi komplikasi berupa radang paru-paru (pneumonia) 10-25 kali lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak. Komplikasi yang langka tapi bisa terjadi berupa radang otak, radang sumsum tulang, kegagalan hati, hepatitis, serta kelainan pada otak dan hati.

Radang organ

Radang paru-paru biasanya disebabkan infeksi sekunder dan dapat disembuhkan sempurna. Radang organ setelah sembuh dapat meninggalkan gejala sisa, seperti kejang, retardasi mental, dan gangguan tingkah laku. Pada anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh normal, komplikasi-komplikasi itu jarang ditemukan. "Tapi ada juga anak yang mengalami kejang akibat terkena cacar air," kata Irawan.

Kendati merupakan penyakit yang sangat umum, penderita hendaknya jangan menyepelekan penyakit ini dan segera diperiksakan ke dokter untuk mencegah komplikasi. Namun, sebaiknya orangtua penderita cacar air menolak kalau diberikan pengobatan simtomatis, seperti aspirin dan jenis salisilat, karena hanya efektif untuk jangka pendek dan dikhawatirkan menimbulkan komplikasi sindrom Reye.

Untuk mencegah penularan, penderita sebaiknya diisolasi dari anak atau orang sehat yang belum pernah menderita cacar air hingga benjolan berisi cairan mengering dan mengelupas. Saat terjadi proses pengeringan inilah cacar air mudah menular pada orang lain. Pakaian, handuk, piring, dan peralatan lain milik penderita juga dipisahkan dari milik anggota keluarga lain dan dibersihkan tersendiri.

Agar gelembung tidak pecah, biasanya diberikan bedak antigatal pada kulit yang terkena. Bedak ini juga mengurangi rasa gatal dan mempercepat proses pengeringan luka. Jari kuku hendaknya dipotong pendek untuk mencegah infeksi bakteri pada kulit yang gatal. Namun, bila terdapat infeksi bakteri, dokter akan memberi antibiotik. Penderita dianjurkan mandi, mengganti baju, dan seprai tiap hari.

Kesembuhan akan cepat dicapai bila keadaan umum penderita dijaga agar tetap baik. Karena itu, kualitas dan kuantitas makanan bagi penderita perlu dijaga. Jika daya tahan terus meningkat, proses penyembuhan akan berjalan cepat. "Sebagai tindakan pencegahan, pemberian vaksin dapat mengurangi risiko terkena cacar air. Kalaupun kena, tidak sampai parah," papar Irawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar