Sabtu, 29 Maret 2008

Soft Drinks Ganggu Kesehatan Mental

Minum soft drink memang menyegarkan, apalagi soft drink dingin manis yang dinikmati usai beraktifitas. Namun tahukah Anda jika soft drink manis (bukan diet coke) bisa memicu gangguan mental pada remaja?

Dalam studi yang dilakukan pada remaja Oslo, Norwegia, menyatakan peminum soft drink manis cenderung memiliki gangguan mental seperti hiperaktif dan perasaan tertekan.


Riset yang melibatkan lebih dari 5.000 remaja Norwegia berusia 15 dan 16 tahun ini memperlihatkan hubungan jelas dan langsung antara konsumsi soft drink, hiperaktif, dan hubungan yang lebih rumit pada gangguan prilaku serta mental.

Mereka meneliti dan menanyai seberapa banyak soft drink bergula yang biasa mereka konsumsi per harinya, dan kemudian meminta mereka menjawab daftar pertanyaan standard yang biasa digunakan untuk menilai kesehatan mental.

Dr. Lars Lien dan rekan dari Universitas Oslo mengatakan mereka yang biasa tidak sarapan dan makan siang justru lebih sering mengkonsumsi soft drink.

"Ada hubungan yang kuat antara menkonsumsi soft drink dan gangguan kesehatan mental di kalangan murid kelas 10," tulis laporan yang diterbitkan dalam American Journal of Public Health dan dilaporkan Reuters, Kamis (28/09/06).

Hubungan tersebut tetap penting, setelah penyesuaian sosial, gangguan prilaku dan yang berhubungan dengan makanan. Terlebih mayoritas siswa mengatakan mereka minum sekitar satu dan enam porsi soft drink per minggu.

Sementara mereka yang tak minum soft drink sama sekali lebih memiliki kesehatan yang lebih baik dibanding penimum soft drink, terlebih bagi mereka yang minum lebih dari enam porsi per minggu memiliki tingkat tertinggi.

Bagi prilaku hiperaktif, terdapat hubungan linear langsung -- di mana makin banyak soda yang diminum seorang remaja, semakin hiperaktif prilaku yang ditunjukkan.

Masalah terburuk terlihat pada remaja pria dan perempuan yang minum empat porsi atau lebih soft drink per hari. Sepuluh persen remaja laki-laki dan dua persen perempuran minum sebanyak itu.

Peneliti mengatakan kemungkinan bahan lain dalam soft drink, seperti kafein, yang diduga menjadi penyebab gejala-gejala tersebyut, namun mereka tak memeriksa sumber lain gula pasir halus (refined sugar) dalam pola makanan remaja tersebut.

Namun mereka mengatakan banyak remaja teralalu banyak minum soft drink yang mengandung gula, padahal anjuran konsumsi di Norwegia adalah 10 persen dari total kalori per hari dari gula para peneliti mengatakan sedikitnya sepertiga remaja pria mengonsumsi terlalu banyak dari makanan ringan saja.

"Satu langkah sederhana dan efektif untuk mengurangi konsumsi soft drink dalam kelompok usia ini ialah penghilangan mesin minuman ringan dari sekolah dan tempat umum lain tempat orang dewasa berkumpul," ujar Lars Lien dan rekan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar