Daun dewa (Gynura pseudochina (Lour.) DC) bagi para
praktisi obat sudah tidak asing. Tanaman ini dapat
digunakan dalam keadaan masih segar dan atau dalam
bentuk simplisia. Keuntungan ganda dari tanaman ini
adalah selain digunakan sebagai obat, daun dewa juga
bsia sebagai sayur dalam bentuk lalapan. Ada sebagian
orang menyebut tanaman daun dewa untuk tanaman sambung
nyawa, atau sebaliknya. Hasil kajian ilmiah
determinasi tumbuhan terhadap kedua tanaman tersebut
oleh Pusat Penelitian Biologi - LIPI, Bogor,
menyebutkan bahwa nama ilmiah daun dewa adalah Gynura
pseudochina (Lour.) DC dan sambung nyawa adalah Gynura
procumbens (Lour.) Merr.
Tanaman yang konon berasal dari Birma dan Cina ini
digolongkan pada tumbuhan terna, dengan tinggi 30 –
45, tumbuh tegak dan memiliki umbi. Selain daunnya,
umbi tanaman ini juga bisa digunakan sebagai obat.
Pada saat ini tanaman daun dewa sudah banyak
didapatkan di Pulau Jawa, bahkan sudah menyebar ke
Pulau Sumatera.
Daun dewa termasuk suku Asteraceae, marga Gynura
dengan klasifikasi sebagai berikut :
Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae (Compositae)
Marga : Gynura
Jenis : Gynura pseudochina (Lour.) DC
Ciri morfologi tanaman daun dewa adalah :
Batang, pendek dan lunak, tumbuh tegak dengan tinggi
30 – 45 cm, berbentuk segilima, penampang lonjong,
berambut halus dan berwarna ungu kehijauan.
Daun, berdaun tunggal, tersebar mengelilingi batang,
bertangkai pendek, berbentuk bulat lonjong, berdaging,
berbulu halus, ujung lancip,tepi bertoreh, pangkal
meruncing, pertulangan menyirip, berwarna hijau,
panjang daun sekitar 20 cm dan lebar 10 cm.
Bunga, majemuk yang tumbuh di ujung batang, bentuk
bongkol, berbulu, kelopak hijau berbentuk cawan,
benang sari kuning dan berbentuk jarum.
Biji, berbentuk jarum, panjang sekitar 0,5 cm,
berwarna cokelat
Akar, merupakan akar serabut, berwarna kuning muda
membentuk umbi sebagai tempat cadangan makanan
Efek Farmakologi
Daun dan umbi dari tanaman daun dewa bisa dipergunakan
sebagai obat antikoagulan (mengencerkan bekuan-bekuan
darah), anti pembengkakan, luka terpukul, melancarkan
sirkulasi darah, menghentikan pendarahan (batuk darah,
muntah darah, mimisan), mengurangi pembengkakan atau
benjolan pada payudara, serta sangat efektif untuk
obat memperlancar haid. Tanaman daun dewa juga
memiliki rasa khas dan bersifat netral. Berdasarkan
hasil penelitian dan pengalaman empiris diketahui
bahwa tumbuhan ini bersifat antikoagulan,
antikarsinogen, antimutagenitas dan diuretic (peluruh
kencing). Selain itu juga diketahui bahwa semua bagian
tanaman ini dapat dipergunakan untuk mengobati tumor
payudara dan luka bakar.
Kandungan Kimia
Berdasarkan hasil penelitian para ahli bahwa kandungan
kimia yang terdapat pada tanaman daun dewa diantaranya
berupa senyawa flavanoid, asam fenolat, asam
klorogenat, asam kafeat, asam p-kumarat, asam
p-hidroksibenzoat dan asam vanilat. Kandungan dan
manfaat senyawa flavanoid, saponin, dan minyak atsiri
diindikasikan dapat menurunkan kolesterol darah.
Minyak atsiri pada daun dewa diduga dapat merangsang
sirkulasi darah, juga bersifat analgetik dan anti
inflamasi. Minyak atsiri dan flavanoid juga bersifat
sebagai antiseptic. Senyawa lain yang terdapat pada
daun dewa adalah alkaloid, tannin dan polifenol.
Daun Dewa, Kanker, dan Stroke
DAUN dewa dikenal juga dengan sebutan bluntas China.
Tumbuhan semak ini hidup di ketinggian 0-1000 meter di
atas permukaan laut, dan tumbuh liar di beberapa
kawasan hutan di Indonesia. Batangnya lunak berwarna
hijau dengan alur memanjang. Ketinggiannya mencapai 30
sampai 50 cm.
Daunnya tunggal berambut lebat, warna permukaan atas
hijau tua dan bawah hijau muda. Panjang daun 8-20 cm,
lebar 5-10 cm. Bunga keluar dari ujung tangkai,
berwarna kuning.
Akarnya membentuk umbi, dengan panjang antara 3-6 cm
berdiameter sekitar 3 cm.
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia,
seperti saponin, minyak atsiri, flavonoid, dan tanin.
Efek farmakologisnya dapat mencairkan bekuan darah,
menghentikan perdarahan, menurunkan panas,
membersihkan racun, penghilang nyeri, dan antiradang.
Daun dan Umbi
Menurut Dr Setiawan Dalimartha dan Hadi dari Atlas
Tumbuhan Obat Indonesia, bahwa bukan hanya daunnya
yang bermanfaat, juga umbinya dapat menghilangkan
pembekuan darah di pembuluh darah, sehingga
memungkinkan sebagai obat stroke dan jantung koroner.
Selain itu umbinya berkhasiat untuk mengatasi bengkak
karena memar, tulang patah, perdarahan sehabis
melahirkan, dan sakit jantung.
Daunnya berguna untuk luka pukul, melancarkan
sirkulasi darah, menghentikan perdarahan, pembengkakan
payudara, infeksi kerongkongan, terlambat datang bulan
dan digigit binatang berbisa.
Cara pemanfaatannya, antara lain direbus, lalu diminum
airnya. Daunnya juga dapat dimakan mentah sebagai
lalapan. Untuk pengobatan luar, daun segar atau umbi
segar digiling halus lalu tempelkan ke bagian tubuh
yang sakit, seperti pembengkakan payudara, memar,
bengkak akibat tulang patah, wasir, digigit hewan
berbisa, luka bakar, tersiram air panas, luka
berdarah, bisul, radang kulit bernanah, borok di kaki,
cantengan dan kutil.
Untuk luka bakar dan luka teriris, umbi daun dewa
dipipis, tambahkan sedikit gula merah sehingga menjadi
adonan seperti salep. Ramuan tersebut dibalurkan pada
bagian tubuh yang sakit, lalu dibalut. Untuk sakit
jantung, ambil umbi segar 10 gram, tumbuk halus,
tambahkan air 1/2 gelas, saring ampasnya, minum airnya
setiap sore, atau 2-4 lembar daun dilalap 3 kali
sehari.
Untuk perdarahan pada perempuan, batuk/muntah darah,
dan payudara bengkak, ambil sebatang daun dewa dengan
berat sekitar 15 gram, rebus dengan 3 gelas air sampai
tersisa separonya. Setelah dingin, dibagi untuk 3 kali
minum, yaitu pagi, siang dan sore, masing-masing 1/2
gelas.
Untuk bisul dan koreng, ambil daun dewa dan daun sosor
bebek, keduanya dengan ukuran sama banyak, setelah
dipipis, ramuan ini ditempelkan pada bisul atau
koreng, lalu dibalut.
Mengatasi gigitan binatang berbisa, ambil umbi daun
dewa secukupnya, tumbuk halus. Bubuhkan di bagian
tubuh yang tergigit binatang berbisa, lalu dibalut.
Bila panas pada anak, ambil daunnya, lalu tumbuk. Air
perasannya diminumkan.
Penelitian
Mengenai khasiat daun dewa bagi penyembuhan kanker,
empat mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta pernah mengadakan penelitian pada tahun
2003. Dengan dasar pemikiran proses perkembangan
kanker sama dengan proses pertumbuhan
pembuluh-pembuluh darah baru, mereka menguji efek
ekstrak daun dewa terhadap pertumbuhan pembuluh darah
baru. Mereka menggunakan telur ayam dengan embrio di
dalamnya tengah berkembang, sebagai bahan percobaan.
Ekstrak daun dewa yang mereka peroleh dengan
menggunakan etanol diteteskan ke telur-telur itu dalam
jumlah berbeda. Mereka juga menyiapkan sebutir telur
yang berada dalam lingkungan yang sama sebagai
perbandingan.
Hasilnya, ekstrak daun dewa terbukti dapat menghambat
pertumbuhan pembuluh darah baru. Pertumbuhannya
terhambat sebanding dengan jumlah tetes ekstrak daun
dewa yang diberikan. Dengan kata lain, semakin tinggi
jumlah tetes ekstrak daun dewa, semakin terhambat
pertumbuhan pembuluh-pembuluh darah baru. Sementara
itu, pertumbuhan pembuluh darah baru di telur yang
tidak ditetesi ekstrak daun dewa tetap normal atau
tidak terhambat.
Memang masih diperlukan penelitian lebih jauh mengenai
khasiat daun dewa ini. Namun Prof Hembing, dalam
paparannya di televisi, memasukkan daun dewa sebagai
obat kanker/tumor selain temu putih. Menurutnya, daun
dewa juga bisa untuk mengobati kesemutan, liver
berlemak dan asam urat.
''Saya tahu soal manfaat daun dewa. Saya memakai
umbinya untuk mengobati istri saya yang kena kanker
payudara. Saya bersyukur, istri saya pun akhirnya
sembuh,'' kata Soemarsono, penduduk Pondok Gede,
Bekasi mengenai pengobatan kanker dengan memanfaatkan
khasiat tumbuhan alam.
Ketika menyampaikan informasi ini beberapa waktu lalu,
ia mengatakan bahwa istrinya ini sudah pernah
dioperasi namun tak juga kunjung sembuh. Akhirnya
setelah mendengar bahwa umbi daun dewa mampu mengatasi
kanker, ia pun mulai meracik sendiri ramuan dari umbi
tersebut untuk istrinya.
Daun dewa (Gynura divaricata, Gynura segetum (Lour)
Merr, atau Gynura pseudochina) cukup lama dikenal
sebagai tanaman antikanker. Di beberapa daerah daun
dewa dikenal dengan nama beluntas cina, atau samsit.
Menurut penelitian dari Fakultas Farmasi UGM dan Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), secara laboratoris
ekstrak etanol daun dewa mampu menghambat pertumbuhan
tumor paru pada mencit (tikus putih kecil). Ekstrak
ini juga mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.
Pada beberapa tulisannya mengenai tumbuhan berkhasiat
obat Indonesia Prof HM Hembing Wijayakusuma
menyampaikan bahwa daun dewa memiliki banyak khasiat.
Manfaat itu berasal dari daun dan umbinya. Daunnya
berkhasiat untuk mengobati luka terpukul, melancarkan
sirkulasi darah, menghentikan pendarahan, pembengkakan
payudara, melancarkan haid, dan lain-lain. Sementara
umbinya berkhasiat untuk mengatasi bekuan darah
pembengkakan, pendarahan, tulang patah, dan lain-lain.
Daun dewa tergolong tumbuhan semak yang subur pada
ketinggian 0-1.000 meter di atas permukaan laut.
Tinggi tumbuhan ini bisa mencapai 50 cm. Daunnya
tunggal bertangkai pendek berbentuk bundar telur
berujung lancip. Kedua permukaan daunnya berambut
dengan warna putih. Warna permukaan daun di bagian
atas hijau tua, sedangkan di bawahnya berwarna hijau
muda. Bunganya terletak di bagian ujung batang,
berwarna kuning berbentuk bonggol.
Efek farmakologis daun dewa adalah antikoagulan
(koagulan=zat yang mempermudah dan mempercepat
pembekuan darah), mencairkan bekuan darah, stimulasi
sirkulasi, menghentikan perdarahan, menghilangkan
panas, dan membersihkan racun. Daun dewa mengandung
zat saponin, minyak atsiri, flavonoid, dan tanin. Efek
farmakologis didapatkan dari seluruh tanaman.
Dalam buku Kebun Tanaman Obat Karyasari disebutkan
bahwa daun dewa juga bisa mengatasi kejang pada anak
dan beberapa jenis pendarahan. Untuk mengatasi luka
terpukul, tak datang haid, pendarahan pada wanita,
pembengkakan payudara, batuk, dan muntah darah seluruh
tanaman daun dewa ditumbuk, atau direbus, lalu airnya
diminum. Bila anak-anak mengalami kejang beri minum
air dari satu batang daun dewa.
Bagian daunnya dapat dimanfaatkan untuk mengatasi
kutil dan tumor. Untuk kutil haluskan daun dan
ditempelkan pada bagian yang sakit dan biarkan hingga
keesokkan harinya. Untuk mengatasi tumor, silakan
makan daun dewa sebagai lalap. Untuk kanker buatlah
ramuan dari 30 gram daun dewa segar, 20 gram temu
putih, 30 gram jombang yang direbus dengan 600 cc air
hingga tersisa 300 cc, lalu disaring dan airnya
diminum.
Bagian umbi bisa dimanfaatkan untuk pengobatan luka
terpukul, masuk angin, digigit ular, dan menghilangkan
bekuan darah, serta mengobati stroke. Untuk luka luar,
haluskan umbi, lalu tempelkan pada bagian yang sakit.
Sedangkan untuk pengobatan dalam, umbinya ditumbuk
halus dan ditambah air. Air perasannya diminum setiap
sore hari.Untuk memperoleh daun dewa mungkin bisa didapatkanpada penjual tanaman obat-obatan, atau pada penjualtanaman hias.
Bahkan ada yang sengaja membudi-dayakannya, sebagaimana yang dilakukan oleh NyZuli, warga Kelurahan Tlogomulyo, Pedurungan, JalanGirimulyo Mukti 252, Perumahan Grahamukti Utama,Semarang, telepon (024) 6723891. Ia ingin membantumereka yang membutuhkan daun dewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar