PENYAKIT tuberkulosis (TB) paru merupakan masalah dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga penduduk dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Dari data WHO tahun 2002, di Indonesia lebih kurang 175.000 orang meninggal per tahun karena penyakit TB.
Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular melalui pernapasan dan pengobatannya memerlukan waktu yang lama, sekurang-kurangnya enam bulan. Seringkali pasien bosan makan obat, sehingga tidak sembuh atau bahkan penyakitnya bertambah parah karena perkembangan resistensi mikroba. Oleh karena itu perlu dicari bahan alam yang dapat membunuh Mycobacterium tuberculosis terutama yang resisten terhadap berbagai obat standar (MDR).
Penelitian diawali dengan pemilihan pertumbuhan yang telah digunakan masyarakat untuk batuk berdarah dan muntah darah yang diduga dapat digunakan untuk penyakit TB. Seleksi tumbuhan yang potensial dilaksanakan dengan cara melakukan uji aktivitasnya terhadap Mycobacterium tuberculosis. Untuk mengetahui keamanannya dilakukan uji toksisitas akut pada mencit dan uji toksisitas subkronis pada tikus seperti uji teratogenik pada tikus. Standardisasi dilakukan terhadap ekstrak jahe dan ekstra mengkudu sebelum dibuat sediaan kapsul. Selanjutnya kapsul digunakan untuk uji klinis pada pasien tuberkulosis.
Tumbuhan yang diteliti terhadap Mycobacterium tuberculosis adalah buah mengkudu, rimpang jahe gajah, bunga kembang sepatu, rimpang kunyit, rimpang temu putih, biji selasih, bawang putih, bawang merah dan lidah buaya. Setelah diuji secara in vitro, jahe gajah dan mengkudu menempati aktivitas anti Mycobacterium tuberculosis pada urutan teratas dibandingkan dengan tumbuhan lain.
Mengingat jahe memiliki tiga varietas, ketiga varietas tersebut yaitu jahe gajah, jahe emprit, dan jahe merah diuji terhadap Mycobacterium tuberculosis sehingga dapat diketahui varietas mana yang memberikan aktivitas paling kuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jahe merah memiliki aktivitas paling kuat terhadap galur Mycobacterium yang resisten. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap ekstrak rimpang jahe merah dan ekstrak buah mengkudu serta kombinasinya.
Hasil penelitian secara in vitro menunjukkan ekstra jahe merah dan buah mengkudu serta kombinasinya menghambat Mycobacterium tuberculosis H37Rv (sensitif) dan galur yang resisten (Mt 552 dan Mt 223). Kombinasi ekstrak etanol rimpang jahe merah dan ekstrak etanol buah mengkudu telah diketahui menghasilkan efek yang aditif, penurunan konsentrasi masing-masing ekstra hingga setengahnya dalam kombinasi menunjukkan aktivitas yang sebanding dengan ekstra tunggalnya. Ekstrak jahe dan ekstrak mengkudu menunjukkan aktivitas pad 5-20 mg/ml untuk berbagai galur Mycobacterium.
Hasil uji toksisitas akut pada mencit menunjukkan dosis letal 50 (LD50) ekstra jahe merah, ekstra mengkudu dan kombinasinya lebih besar dari 5.000 mg/kg bb, sehingga dapat dinyatakan aman dan dapat diteruskan ke uji toksisitas subkronis.
Pemberian selama 90 hari kombinasi ekstra jahe merah dan mengkudu pada tikus sampai dosis 1.000 mg/kg bb tidak menunjukkan gejala klinis dan gangguan perilaku sebanding dengan kelompok kontrol. Pemberian kombinasi ekstra jahe merah dan mengkudu dapat meningkatkan bobot badan tikus jantan bermakna terhadap kontrol (p<0,05).>
Hasil uji teratogenik pada tikus menunjukkan kombinasi jahe-mengkudu masing-masing dosis 1.000 mg/kg bobot badan tidak berpengaruh pada rangka, organ tubuh termasuk otak, tetapi warna hati janin lebih gelap dibandingkan kelompok kontrol yang dikhawatirkan hepatotoksik pada janin.
Selanjutnya dibuat sediaan kapsul ekstrak jahe merah dan kapsul ekstra buah mengkudu yang masing-masing mengandung 250 mg ekstrak. Pada uji klinik kapsul ekstra jahe dan kapsul ekstrak kmengkudu digunakan sebagai terapi tambahan terhadap obat antituberkulosis standar.
Hasil uji klinis pada pasien tuberkulosis menunjukkan kombinasi ekstra rimpang jahe merah dan ekstrak buah mengkudu dapat mempercepat konversi basil tahan asam (BTA) positip ke BTA negatip pada dua bulan pengobatan (fase intensif), memperbaiki kualitas hidup/keadaan umum pasien. Hasil uji setelah dua bulan dan enam bulan penggunaan kapsul tidak mempengaruhi fungsi ginjal (kreatinin), hati (SGPT, SGOT) dan tidak mempengaruhi glukosa, kolesterol, trigliserida, urea serta profil darah (darah merah, darah putih, hemoglobil, angka hematokrit).
Secara umum sediaan fitofarmaka kapsul jahe dan kapul mengkudu dapat mempercepat kesembuhan pasien tuberkulosis dan relatif aman tetapi tidak dianjurkan untuk ibu hamil. Dengan demikian, kedua sediaan fitofarmaka tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan untuk membantu pemberantasan penyakit tuberkulosis. Kombinasi jahe-mengkudu sebagai antituberkulosis ini sudah didaftarkan ke Direktorat Paten, Ditjen HKI, Departemen Kehakiman dan HAM RI dan mendapat nomor P00200600332, Juni 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar